Kodim Sragen - Babinsa Gondang Sampaikan Materi 4 Pilar Kebangsaan Senin, 29 Juli 2019 pukul 08.00 wib s/d 11.00 wib,4 personi...
Senin, 29 Juli 2019 pukul 08.00 wib s/d 11.00 wib,4 personil anggota koramil 06/gondang Sertu Warno babinsa Ds. Plosorejo, Serka Hartono, Sertu Darwanto dan Serda Asih widodo melaksanakan bin wanwil bertempat di MA ponpes nurul huda, ds. Plosorejo, kec. Gondang.
Dalam kesempatan tsb Anggota Koramil Gondang memberikan penyuluhan 4 pilar kebangsaan yang meliputi Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, Undang – Undang Dasar 1945 serta Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Pilar Pancasila.
Pilar pertama bagi tegak kokoh berdirinya negara-bangsa Indonesia adalah Pancasila. Timbul pertanyaan, mengapa Pancasila diangkat sebagai pilar bangsa Indonesia. Perlu dasar pemikiran yang kuat dan dapat dipertanggung jawabkan sehingga dapat diterima oleh seluruh warga bangsa, mengapa bangsa Indonesia menetapkan Pancasila sebagai pilar kehidupan berbangsa dan bernegara.
Pilar Undang-Undang Dasar 1945, Pilar kedua kehidupan berbangsa dan bernegara bagi bangsa Indonesia adalah Undang-Undang Basis 1945. Dalam rangka memahami dan mendalami UUD 1945, diperlukan memahami lebih dulu makna undang-undang dasar teruntuk kehidupan berbangsa dan bernegara dan prinsip-prinsip yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945.
Pilar Negara Kesatuan Republik Indonesia, Dalam konteks masyarakat Indonesia yang sangat heterogen, NKRI sebagai nation state (negara kebangsaan) harus diyakini sebagai sistem terbaik. Dalam sistem negara kesatuan, wewenang legislatif tertinggi dipusatkan dalam satu badan legislatif nasional/pusat. Kekuasaan terletak pada pemerintah pusat dan tidak pada pemerintah daerah. Dengan demikian, kedaulatan negara bersifat tunggal dan tidak terbagi.
Pilar Bhinneka Tunggal Ika, Sesanti atau semboyan Bhinneka Tunggal Ika diungkapkan pertama kali oleh mPu Tantular, pujangga agung kerajaan Majapahit yang hidup dalam masa pemerintahan Raja Hayamwuruk, di abad ke empatbelas (1350-1389). Sesanti tersebut memiliki dalam karyanya, kakawin Sutasoma yang berbunyi “Bhinna ika tunggal ika, tan hana dharma mangrwa, ” yang artinya Berbeda-beda itu, 1 itu, tak ada pengabdian yang mendua. Kegiatan dilanjutkan dengan pelatihan PBB.
COMMENTS